Resensi Novel Gadis Kretek
"Resensi Novel Gadis Kretek, Biasa Aja Tapi Alurnya Bagus!"
Sinopsis Novel Gadis Kretek
Pak Raja sekarat. Dalam menanti ajal, ia memanggil satu nama perempuan yang bukan istrinya; Jeng Yah. Tiga anaknya, pewaris Kretek Djagad Raja, dimakan gundah. Sang Ibu pun terbakar cemburu terlebih karena permintaan terakhir suaminya ingin bertemu Jeng Yah. Maka berpacu dengan malaikat maut, Lebas, Karim, dan Tegar, pergi ke pelosok Jawa untuk mencari Jeng Yah, sebelum ajal menjemput sang Ayah.
Perjalanan itu bagai napak tilas bisnis dan rahasia keluarga. Lebas, Karim, dan Tegar bertemu dengan pelinting tua dan menguak asal-usul Kretek Djagad Raja hingga menjadi kretek nomor 1 di Indonesia. Lebih dari itu, ketiganya juga mengetahui kisah cinta ayah mereka dengan Jeng Yah, yang ternyata adalah pemilik Kretek Gadis, kretek lokal Kota M yang terkenal pada zamannya.
Apakah Lebas, Karim, dan Tegar akhirnya berhasil menemukan Jeng Yah?
Gadis Kretek tidak sekadar bercerita tentang cinta dan pencarian jati diri para tokohnya. Dengan latar Kota M, Kudus, Jakarta, dari periode penjajahan Belanda hingga kemerdekaan, Gadis Kretek akan membawa pembaca berkenalan dengan perkembangan industri kretek di Indonesia. Kaya akan wangi tembakau. Sarat dengan aroma cinta.
Novel Gadis Kretek adalah satu dari puluhan (atau mungkin ratusan) whistlist saya diaplikasi iPusnas. Iya bisa sebanyak itu. FYI aja, di aplikasi tersebut ada baaaanyaaaak sekali buku-buku bagus dan best seller yang bisa kita pinjam. Hanya saja harus siap dengan resikonya…
…antrian yang panjang!!! Nggak tanggung-tanggung, buku Filosofi Teras memiliki antrian sebanyak 12.707 orang. Butuh berapa lama sampai kamu bisa terpilih menjadi orang yang “beruntung” dan bisa pinjam buku itu?
Entah lah.
Gadis Kretek, sepengamatan saya, masuk ke dalam kategori buku yang selalu habis dipinjam.
Karena itu, boleh lah saya membanggakan diri setelah terpilih menjadi orang yang beruntung dan meminjam buku ini. Nggak cuma sekali, tapi dua kali!!!
D u a k a l i. Camkan itu.
Lalu apa kesan saya setelah menyelesaikan buku setebal 288 halaman ini? Biasa saja tapi terkesima dengan alurnya.
Premis novel ini cukup sederhana menurut saya karena menceritakan tiga orang anak yang merapikan kembali benang kusut sejarah keluarganya setelah ayah mereka memanggil sebuah nama saat sekarat.
Isinya jelas nggak sesederhana itu. Dengan mengambil latar belakang abad 20 dan masa penjajahan Indonesia, penulis sanggup membuat sebuah cerita yang bersambung tanpa terputus-putus. Mulai dari kakek buyut sampai ke cicit nya. Menariknya lagi, novel ini ditulis dengan alur maju-mundur.
Diceritakan, Tegar, Karim, dan Lebas merupakan keturunan dari pemilik kerajaan kretek paling makmur di Indonesia: Kretek Djagad Raja (Raya). Tegar, seperti anak sulung lainnya, bertugas meneruskan dan mengurus kerajaan ini setelah ayahnya pensiun. Dia dibantu oleh Karim, adiknya. Sedangkan Lebas si bungsu, justru sama sekali nggak bersentuhan dengan pabrik kretek milik keluarganya. Dia memilih menjadi pembuat film setelah lulus kuliah di Amerika.
Suatu hari, ayah mereka yang tengah berjuang melawan penyakitnya, menyebut nama “Jeng Yah” secara tidak sadar. Nama itu kemudian membuat ibunya marah. Keadaan ini lalu membuat tiga bersaudara itu penasaran, hingga akhirnya memutuskan untuk bertanya langsung pada ayahnya.
Dari jawaban pertanyaan tersebut, terkuaklah sejarah panjang kretek Djagad Raja dan rahasia orang tua mereka. Bagaimana cerita lengkapnya? Baca saja bukunya ya. Wqwqwq.
Saya nggak berani menjamin kamu akan suka dengan ceritanya, tapi buat saya, sejarah itu justru menjadi isi utama dari novel Gadis Kretek. Tegar, Karim, dan Lebas hanya pembuka yang mengantarkan pembaca ke menu utamanya.
Dalam sejarah panjang itu, ada kisah cinta segitiga, perjuangan hidup, masa pendudukan Jepang, peristiwa 1965, dan tentu saja sedikit plot twist sebagai bumbu penyedap. Over all cerita sejarahnya saya beri nilai 3,5/5.
Ditulis dengan bahasa yang mengalir sekaligus menyisipkan beberapa kalimat berbahasa jawa, novel ini sangat mudah dicerna ceritanya. Bahkan mungkin terlalu mudah. Namun sayang, saya nggak bisa menebak alasan kenapa penulis harus repot-repot menceritakan sejarah panjang Kretek Djagad Raja dan menuliskan ringkasannya juga.
Maksud saya, kenapa nggak pilih satu aja, ya? Kalau mau diringkas, ya tulis ringkas saja. Kalau mau panjang, ya jangan tambahkan ringkasannya. Selain itu, nggak ada persoalan lain yang bisa saya temukan atau rasakan. well, seenggaknya untuk sekarang Entah jika nanti saya membacanovel Gadis Kretekini sekali lagi. Silakan saja baca langsung novelnya, tapi ya itu tadi, harap sabar menunggu antriannya ya. Hehehe