Maaf, Makan Bubur Diaduk Adalah Jalan Yang Sebenar-benarnya
Bubur diaduk vs Gak diaduk |
Hallo mba Maria, sudahkah mbak makan bubur hari ini? Sebelumnya perkenalkan, saya cowok yang kalau makan bubur harus diaduk.
Lewat tulisan ini saya mau menanggapi artikel mbak yang membahas tentang cara makan bubur diaduk vs nggak diaduk.
Saya merasa harus menanggapi tulisan mbak karena makan bubur diaduk adalah jalan yang sebenar-benarnya.
Pertama-tama, saya ucapkan selamat karena telah berhasil hidup berdampingan dengan suami mbak sampai sekarang.
Karena kalau berdasarkan cerita mba, suaminya adalah bagian dari penganut aliran makan bubur dengan cara diaduk.
Bisa saya bayangkan, bagaimana perjuangan mba menerima suami mba yang berbeda aliran dalam hal makan bubur.
Selamat juga karena telah berhasil melewati drama-drama tentang bubur selama ini, mba.
Sebelum masuk ke pembahasan tentang cara makan bubur, ada baiknya saya membahas sejarah asal-usul bubur yang saya dapat dari kolom pencarian google urutan pertama di page one.
Konon katanya, bubur sudah ada sejak tahun 238 sebelum masehi di jaman kaisar kuning atau Kaisar Xuanyuan Huangdi. Pada waktu itu bubur dibuat agar manusia mampu bertahan dari kemarau panjang dan kurangnya bahan makanan.
Lalu ada cerita tentang dokter Chun Yuyi yang memberikan bubur pada Kaisar Qi saat beliau sakit. Selain itu, tekstur bubur yang lembut juga membuat bubur jadi makanan khusus buat bayi yang belum bisa makan nasi.
Dari sini sudah jelas kalau bubur hakikatnya adalah makanan yang harus langsung ditelan. Mengaduk bubur sebelum makan adalah sebuah inovasi agar kami bisa menikmati enaknya bubur tanpa harus keluar dari jalan yang benar.
Kami mengaduo bubur dengan tujuan bisa merasakan semua rasa yang ada dalam satu suapan.
Bukan masalah bagaimana rasa dari tiap suapan, tapi tentang bagaimana bubur tetap menjadi bubur, gitu loh mbak.
Maka bisa dikatakan makan bubur diaduk dulu adalah jalan yang sebenar-benarnya.
Saya setuju dengan suami mba, makan bubur diaduk memang bikin rasanya jadi nyampur. Dalam semangkuk bubur ayam, ada kacang goreng, suwiran ayam, kecap, cakue dan sedikit kuah gurih ditambah kecap buat pemanis.
Setelah diaduk, dalam satu suap kami bisa merasakan semua unsur itu menyatu dan dinikmati langsung.
Daripada merasakan satu-satu rasanya, bukankah lebih nikmat kalau langsung disatukan semuanya? Gurihnya ada, manisnya pun terasa.
Mungkin penjelasan saya ini bisa sedikit membuat mba mengerti kenapa makan bubur harus diaduk dulu.
Oh ya mba, karena mba begitu mempermasalahkan tentang fitrah krupuk yang kriuk-kriuk. Perlu mba ketahui, krupuk versi “basah” nggak kalah nikmat dengan versi “kering.”
Apalagi kalau krupuknya belum basah sempurna, masih ada sedikit kriuknya tapi bisa langsung ditelan. Rasa khas krupuk juga lebih menyatu karena tekstur krupuk yang berbeda dengan bubur. Singkatnya krupuk masih terasa di lidah.
Mungkin bisa mba coba makan bubur sambil krupuknya dicampur. Caranya masukan krupuk ke dalam bubur, aduk sampai krupuk basah seluruhnya lalu makan saat itu juga.
Dengan begitu nggak menyalahi fitrah krupuk karena masih ada kriuknya, cuma gak sempurna aja.
Kalau membayangkan bagaimana pemakan bubur diaduk waktu makan bubur, kok rasanya jadi ribet ya.
Bubur itu masuk ke dalam kategori makanan yang dimakan dengan cepat. Misalnya waktu pagi kalau terlambat berangkat kerja/sekolah tapi perut lapar, bubur adalah solusinya.
Kalau tiap makan bubur harus pelan-pelan begitu, nanti repot jadinya.
Terakhir, ini mungkin nggak bisa digeneralisir, karena cuma alasan pribadi saja. Sejak kecil saya memang sudah biasa makan apapun harus diaduk dulu, apalagi kalau makanannya basah seperti sop atau bubur.
Tujuannya ya biar semuanya menyatu dan bisa dinikmati dalam satu kali suap. Jadi sudah menjadi kewajiban bagi saya buat mengaduk bubur sebelum makan.
Yah pada akhirnya memang mamang bubur nggak peduli mau pembeli makan bubur diaduk dulu atau nggak.
Yang penting buburnya habis terjual. Sebagai penutup tulisan ini, saya pribadi meminta mba Maria untuk membuat tips bagaimana bertahan dengan pasangan yang berbeda aliran dalam dunia per-bubur-an ini.
Karena pacar saya juga sama seperti mba yang penganut aliran bubur gak diaduk. Sampai sekarang, saya belum pernah makan bubur bareng pacar karena khawatir kena semprot dia waktu makan hehehe
Sorry malah curhat, sekian dari saya. Kalau ada kata-kata yang salah mohon dimaafkan, karena tulisan ini dibuat dengan tujuan hanya agar mba dan kawan-kawan pemakan bubur nggak diaduk bisa tau alasan kenapa makan bubur diaduk dulu lebih nikmat buat kami.
---
Artikel ini pertama kali tayang
Terminal Mojok